[Jepang] Day 1 : On the way to Osaka

Thursday, April 2nd, 2015

Rasanya kalau perjalanan menuju bandara gak ada drama, seperti makan sayur sop yang hambar tanpa bumbu garam. Begitu juga dengan perjalanan hari itu, keributan kecil selalu menjadi bumbu-bumbu dalam perjalanan menuju bandara.

Karena esok harinya (Jumat, 3 April 2015) adalah hari libur wafat Isa Almasih. Gw sudah memperkirakan perjalanan di Jakarta di sore hari itu pasti akan macet luar binasa. Orang-orang Jakarta sudah bisa dipastikan berlomba-lomba mencari hiburan keluar kota, entah menuju provinsi tetangga (baca:Bandung) atau berkejar-kejar mengejar pesawat menuju provinsi Banten alias ke Cengkareng. *tunjuk jari*

Sayangnya, sore itu hujan turun dengan tidak malu-malu dan menyisakan banjir serta kemacetan parah dimana-mana. Prepare mental menghadapi kemacetan sudah mulai dipersiapkan!

Tepat pukul 16.00 gw langsung ngacir pulang kantor. Menghindari keramaian orang kantor yang tiba-tiba sore itu mendadak hobi berteriak, “Vikaaaa…. Jangan lupa oleh-oleh yaaa!” atau “Sakura jangan lupa!”
Gak ada yang mau bilang, “Vik, ini uang saku buat ke Jepang!“ 😀

Sesampainya di rumah, gw langsung grasak-grusuk makan-mandi-ganti baju-beberes barang dan langsung cabut.

Niat awalnya ingin naik bis Hiba menuju Bandara, tapi gw memutuskan naik taksi karena dilihat dari pantauan Twitter, beberapa tempat sudah mulai macet tak bergerak.

Tapiiiiii…. Karena Momsky itu orangnya gampang panikan, Momsky mengusulkan untuk mengantar sampai bandara. Menghindari berdebat panjang lebar (dimana gw biasanya kalah telak), gw setujui permintaan Momsky.

Sesampai di Jalan Juanda, niatnya kami akan langsung naik tol Cijago. Tapi ketika penampakan aplikasi Waze di arah jalan tol Cijago berwarna merah hingga menuju Cawang. Akhirnya gw bilang kepada Ayahanda, “Terserah Ayah aja deh, feelingnya mau kemana!”

Layaknya Michael Schumacher, Ayahanda langsung banting setir kekiri, namun tanpa diikuti kecepatan tinggi karena didepan jalan langsung tampak kemacetan. Kikikik…

Perjalanan dari Margonda hingga percabangan jalan setelah tanjakan UI macet berat. Penyebab utamanya karena jalanan di depan Universitas Pancasila sudah terendam air setinggi betis orang dewasa.

Momsky pun mulai beraksi.
“ Kenapa gak jalan dari tadi, De? “
“ Barangnya gak ada yang ketinggalan kan ? “
“ Kalau lewat sana, kira-kira macet juga? “
“ Temen kamu udah sampe mana? “
“ Jangan terlalu minggir, Yah! Ada motor. “
“ Baca doa, De. Biar dimudahkan jalannya “
Bla bla bla.. *dengan rentetan pertanyaan Momsky*




#hening
*pertanda Momsky mulai baca doa*




#hening lagi



*Ayahanda menyalakan radio Elshinta*
#eaaaaa
#keheningan dimusnahkan dengan suara penyiar radio yang menginfokan jalur kemacetan di Jakarta

Singkat cerita kami menghindari kemacetan dengan memilih jalan tikus dengan menyusuri Jagakarsa dan kemudian keluar di daerah Cilandak. Sisa perjalanan dari Cilandak hingga tol bandara Soetta berjalan lancar. Pukul 21.30 kami sudah tiba selamat sentosa tanpa kekurangan apapun di Soetta.

Pfiuhh… Perjalanan 2,5 jam yang cukup menguras emosi jiwa dan raga. *seka keringat*

Setiba di Soetta, gw langsung bertemu Yudha → check in GA 888 → imigrasi → leyeh-leyeh sebentar di lounge → boarding gate → tepat pukul 23.05 kami mulai boarding → 23.20 pesawat take off → bye bye Jakarta!

Selang 40 menit dari pesawat Airbus A330-200 take off, suguhan snack mulai keluar. Karena kelaparan, gw makan snack dengan lahap. 😀
Perut kenyang + mata kriyep-kriyep → gw mulai mengelurkan alat perang.
Tiup bantal leher, atur selimut, beresin tas, lepas sepatu dan kemudian baca doa ” Bismika Allahuma ahya wabismika amuut “.

Zzz…
Zzz…
Zzz…

Snack
Snack

Gw terbangun pukul 05.30 pagi (waktu Jepang), gw buka jendela samping dan sinar matahari yang mulai terbit membuat semburat warna langit semakin mempesona. Inilah suasana langit yang selalu membuat gw semakin menyenangi penerbangan pagi dan sore hari. Yes, I love flying!

Tak lama berselang para pramugari mulai menyuguhkan sarapan pagi. Terdapat 2 pilihan sarapan di pagi hari itu yaitu breakfast ala western dan breakfast ala Japanese. Berhubung dalam hitungan jam gw akan tiba di Osaka, so pilihan pembuka breakfast ala Japanese yang terdiri dari steamed rice (Japanese style), poached prawns, brown soba noodles, cut fresh fruit and yoghurt menjadi pilihan sempurna. Rasanya…? Brown soba noodles-nya terasa hambar di mulut gw sedangkan makanan lainnya terasa enyaaaak.

Japanese breakfast
Japanese breakfast
Embarkation card #1
Japan Disembarkation/Embarkation card #1
Embarkation card #2
Japan Disembarkation/Embarkation card #2
Japan Customs Declaration
Japan Customs Declaration
GA 888
GA 888
Ohaiyo, Japan!
Ohayou gozaimasu, Japan!

Lebih cepat 15 menit dari jadwal kedatangan, pesawat landing dengan sempurna di Kansai International Airport.

So excitiiiinngggg!!!! *angkot pom-pom gaya cheerleader*

Ohayou gozaimasu, Osaka!!!

12 thoughts on “[Jepang] Day 1 : On the way to Osaka

  1. Haiii Mba Vika, salam kenal yaa,,,
    Ceritanya seruu bangeet. Jadi ngebet pengen ke Jepang juga. hehe. Sebenernya kmren baru balik dari sana juga, tapi karena bukan rangka jalan-jalan, jadiinyaa pengen balik lagi.. hihi.

    Mba Vika, kira-kira berapa biaya yang dihabiskan untuk delapan hari perjalanan mba ke Jepang? mau saya jadiin referensi mba. hehe.
    kalau boleh dikirim ke email saya boleh ga mba? hehe.
    intan.doankz@gmail.com

    Doumo arigatou gozaimasu. ^^

Leave a reply to vika wahyudi Cancel reply